Paquitasyam Adinda
1 min readDec 16, 2021

Bagian Sepuluh

Hai, aku buat ini barusan. Sudah sampai di kamu?

Aku menjadi yang paling kikuk untuk lagi-lagi menyampaikan terima kasihku padamu. Kau menyuguhkanku Alpha Centauri sedang aku hanyalah belahan bumi yang mana bulan saja tak mengindahkan aku untuk jumpa dengan cahayanya. Terima kasih untukmu sudah tidak lagi berbentuk apapun yang nyata, bahkan segala maya pun sudah di akhir titik lelah. Kenapa? Karena kamu bukan lagi yang baik, apalagi terbaik. Kamu, selalu lebih dari itu.

Aku bukan lagi gombal. Kali ini, aku menulisnya dengan sadar. Karena bila diibaratkan kuteguk setengah vodka, mabuk cinta karenamu sudah yang paling berhasil membuat aku tak sadar diri. Meskipun hanya dengan senyummu yang sesekali.

Pada tulisan ini, aku sendiri pun bingung harus diakhiri seperti apa. Karena yang aku tahu, segala perihalmu adalah yang kuusahakan tak jumpa akhir selain kamu yang sudah bersedia menjadikanku akhir dari pencarian. Aku terlalu percaya diri, ya? Ya, gitu. Walaupun sejauh ini aku belum menjadi apa-apa untuk yang diagungkan, kiranya aku selalu punya doa. Aku punya Tuhan Mahabesar dengan segala-Nya yang tak kalah besar. Intinya, aku sudah jatuh dalam temu yang pertama meski kamu tidak pernah terbesit untuk berusaha.

Jangan lelah sampai nanti, ya, sampai aku sendiri tidak lagi kenal kata menyerah dalam kamus hidupku. Khususnya untuk kamu.